Tuesday, February 15, 2011

Akuilah Aku Gajah Mada Sang Penakluk

Ada sebuah kisah inspiratif dari seoarang abdi kerajaan dizaman maja pahit yakni patih Gajah Mada. Beliau sosok yang mengagumkan cita – citanya yang luhur ingin mempersatukan nusantara dibawah kekuasaan majapahit tepatnya pada masa prabu hayam wuruk. Sumpahnya yang sangat fenomenal hingga saat ini masih masih menjadi inspirasi bagi orang – orang yang mau merenungi makna yang terkandung dalam butir – butir sumpah palapa.


Sumpah Palapa yang berisi bahwa ia akan menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) bila telah berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton dalam teks Jawa Pertengahan yang berbunyi :
















Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa





Bila diterjemahkan artinya sebagai berikut :








Beliau, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa


Bila seorang yang bertitelkan patih mampu mengabdikan hidupnya untuk merubah keadaan kerajaannya menjadi lebih baik. Tidak perlu berebut kursi presiden untuk merubah nasib bansa Indonesia untuk menjadi lebih baik. Kita semua mampu menjadi seorang gajah mada yang notabennya beliau adalah asli orang Indonesia. Dengan sifat luhurnaya yang bisa dijadikan renungan bersama, utntuk tidak memperebutkan kursi presiden. Kita mampu menjadi penerus kejayaan pada masanya dulu kalau bisa menghargai jasa –jasa nenk moyang kita.

Apa pun perbedaan yang ada tidak akan menjadikan bangsa Indonesia ini runtuh. Seharusnya bisa membuat motivasi untuk selalu berada didepan dalam menjawab tantangan zaman. Melalui perbedaan budaya, bahasa, agama dan lain sebagainnya, hendaknya salaing memperkuat satu sama lain, saling melengkapi kekurangan menasehti yang baik. Adapun itu semua pasti bisa terwujud bila kita melihat leluhur yang dulunya memperjuangakan cita – citanya untuk keadaan kita yang sekarang iani lebih baik dengan tanah keliharan yang melimpah ruah hasil kekayaan alamnya. Dan melihat 1000 tahun lagi untuk keturunan yanga menjadi regenerasi pemegang warisan pusaka bangasa

Bagus Jamaluddin