Monday, February 21, 2011

Runtuhnya Dinasti Umayyah (6-habis)

Runtuhnya Dinasti Umayyah (1)

Keruntuhan Dinasti Umayyah (ilustrasi).
Ketika generasi birokrat semakin berkuasa, Baghdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah kehilangan kontak dengan daerah taklukannya.

Akhirnya, birokrasi menjadi organisasi yang berbasis di ibu kota dan jarang terkait dengan provinsi. Pejabat dan para stafnya tidak lagi mewakili kepentingan berbagai ragam penduduk.

Kebijakan sentralisasi fiskal yang diterapkan pemerintahan Abbasiyah mendorong kalangan elite pedagang untuk menggeser para penguasa tradisional dan tuan tanah di daerah. Bahkan, keberadaan para elite pedagang ini juga menandingi korps birokrat dan perwira militer.

Persoalan ekonomi

Kebangkrutan ekonomi pada akhirnya memorak-porandakan kekuasaan Abbasiyah. Permasalahan besar yang dihadapi dinasti ini pada masa akhir kekuasaannya adalah menurunnya sumber pendapatan penguasa.

Perang saudara yang tiada henti dan pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok Qaramitah membuat daerah-daerah kantong pertanian menjadi terbengkalai. Kondisi ini tidak saja memperlemah kedudukan Abbasiyah, tetapi sekaligus justru makin memperkuat posisi lawannya.

Pada 326 H/937 M, Muhammad bin Ra’iq, panglima militer Kota Wasit yang terletak di tepi Sungai Tigris, menghancurkan Bendungan Nahrawan dan merusak saluran irigasi.

Hal ini dilakukan dengan harapan bisa menenggelamkan tentara lawannya dan memutuskan sumber logistik mereka. Ternyata, hal ini justru merusak sumber bahan makanan pihaknya sendiri dan seluruh warga Kota Baghdad.

Pecahnya Bendungan Nahrawan adalah peristiwa paling dramatis yang menandai hancurnya perekonomian dan melemahnya kekuasaan Abbasiyah. Situasi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Muhammad bin Ra’iq untuk mendesak Khalifah Ar-Radi  agar menyerahkan pemerintahan sipil dan militer kepadanya.



Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nidia Zuraya