Sunday, February 13, 2011

Cucu Teuku Chik Di Tunong: Saksi Sejarah Melawan Penjajah Jangan Hilang Tanpa Bekas


Foto : IRMAN I.P | Cut Zuraida, putri Raja Sabi atau cucu Teuku Chik Di Tunong dan Cut Muti

Cut Zuraida Binti Raja Sabi, cucu dari Teuku Chik Di Tunong dan Cut Mutia (pahlaman nasional), berharap pemerintah melestarikan situs sejarah perjuangan kemerdekaan yang selama ini terbengkalai. Salah satunya tiang besi tempat Teuku Chik Di Tunong ditembak mati Belanda di tepi pantai Kampung Jawa Lama, Banda Sakti, Lhokseumawe.


“Harapan kita bersama lokasi tiang yang menjadi saksi sejarah perjuangan melawan penjajah itu diselamatkan, jangan sampai hilang tanpa bekas,” kata Cut Zuraida saat ditemui The Atjeh Post di kediamannnya, Desa Hagu Selatan, Banda Sakti, Lhokseumawe, Sabtu, 28 Juli 2012.


Cut Zuraida yang kini berusia 77 tahun adalah putri sulung dari pasangan Raja Sabi (anak Teuku Chik Di Tunong dan Cut Mutia) dan Cut Puteh. Cut Zuraida yang menjadi janda sejak suaminya Teuku Hasansyah meninggal sekitar 1980, kini tinggal bersama sejumlah anaknya.


“Dulu saat saya masih muda dan baru pertama tiba di Lhokseumawe, tiang besi itu (tempat Teuku Chik Di Tunong ditembak mati oleh Belanda) masih utuh berbentuk tiang gantung lengkap dengan rantai,” kata Cut Zuraida didampingi salah satu putrinya, Cut Nurlita, 47 tahun.


Cut Zuraida dan Cut Nurlita tidak tahu sejak kapan tiang besi itu dipotong hingga tinggal setinggi lutut anak usia sekolah dasar. “Bukan harapan keluarga, tapi maunya kita semua sebaiknya pemerintah memugar situs sejarah itu sebelum hilang,” kata Cut Nurlita yang merupakan cicit Teuku Chik Di Tunong.

Kabar dari warga Kampung Jawa Lama, kata Cut Nurlita, dulu sering datang kalangan peneliti sejarah dan para pelajar ke desa itu untuk melihat langsung tiang besi tempat Teuku Chik Di Tunong dieksekusi mati oleh serdadu Belanda.


Seperti diketahui, suami pahlawan nasional Cut Mutia, Teuku Chik Di Tunong yang turut berperang melawan Belanda, ditangkap hingga akhirnya dihukum tembak dengan cara diikat pada tiang di dekat pantai Lhokseumawe pada 25 Maret 1905 silam.


Hasil penelusuran The Atjeh Post, Sabtu, 28 Juli 2012, diketahui lokasi eksekusi mati yang dilakukan serdadu Belanda terhadap Teuku Chik Di Tunong (Teuku Cut Muhammad) dan rekannya Teuku Chik Di Buah (Teuku Mohd Daud) berada di Kampung Jawa Lama, Banda Sakti, Lhokseumawe.


Di lokasi yang berjarak sekitar 50-70 meter dengan pantai itu, ada satu tiang besi sebesar betis orang dewasa. Tetapi besi itu hanya setinggi lutut anak usia sekolah dasar. Pangkal tiang besi tersebut tertancap persis di sebuah lorong di tengah pemukiman penduduk.


“Tiang ini sudah lama dipotong, tidak jelas siapa yang memotongnya. Saat saya masih bocah, tiang ini sudah sependek ini. Padahal menurut ibu saya, dulu tiang ini tingginya lebih 2 meter dan berbentuk seperti tiang gantungan,” kata T.M. Rizal, 40 tahun, warga Kampung Jawa Lama.[]

AP