Friday, February 4, 2011

Suluk Wujil Sunan Bonang

Terjemahan bebas Suluk Wujil - sunan Bonang

1. ratu wahdat

adalah sang Wujil kinasih namanya. Ia berkata pada Sang panembahan Ratu Wahdat. Ia bersujud pada debu kaki Sang Maha Dwija, yang tinggal di Bongang seraya memohon pengapura sebab ingin diberi penjelasan tentang seluk-beluk agama yang terpilih sampai ke rahasia yang sedalam-dalamnya.
Sepuluh tahun Wujil berguru kepada Sang Panembahan Agung, belum mendapat ajaran yang penting. Adapun asalnya Wujil berasal dari Majapahht sebagai abdi kesukaan Raja.
Tamatlah dipelajari seluruh tata bahasa. Kemudian Wujil berkata kepada Sang Panembahan Agung yang sangat dihormati dengan memohon pengampunan.
Sang Wujil Kinasih sungguh memohon belas kasih di hadapan kaki panembahan Ratu Wahdat dengan menyerahkan hidup-mati. Telah makin dikuasai akan semua pelajaran. Sastra Arab yang Tuan ajarkan, akhirnya pergi sekehendak hati, senantiasa mengikuti kehendak hati, setiap hari bermain topeng, sampai bosan hamba bertingkah laku sebagai Badut, dijadikan olok-olok. Duh ingkang Minulya Sang Panembahan Agung, penjelasan tentang ajaran rahasia mengenai huruf tunggal menurut paham pangiwa dan panengeng sebab masih dalam tatanan gending, masih dalam tatanan Syair.
Mengingat kedua hal tersebut, tidak membawa hasil hamba senantiasa mengembara meninggalkan cinta dari Majapahit, tidak mendapatkan obat.
Oleh karena itu, hamba pergi pada suatu malam untuk mencari rahasia tentang kesatuan, kesempurnaan dalam semua tingkah laku. Hamba datangi setiap orang suci, mencari inti sari panguripan, titik akhir dari kekuasaan yang sebenarnya, titik akhir dari utara dan selatan, terbenamnya matahari dan bulan, tertutupnya mata dan keadaan akhir kematian, titik akhir dari ada dan tiada. Ingkang Minulya Panembahan Wahdat tersenyum. “Wahai Sang Wujil Kinasih, betapa engkau gegabah berkata yang bukan-bukan, terlalu berani, hatimu ingin menagih oleh karena besarnya jasamu yang telah diberikan.Tidak layak aku disebut orang suci di dunia, bilamana menjual-belikan ajaran kitab, lebih baik aku jangan dipanggil ahli wahdat.
Barang siapa menjual belikan ilmu, bersikap sombong, seolah-olah tahu segala sesuatu, orang tersebut dapat diibaratkan seperti burung bangau yang sedang bertapa di atas air, diam tidak bergerak, pandangannya tajam, berpura-pura alim melihat mangsanya, seperti telur yang tampak putih di luarnya, di dalam bercampur merah.
Matahari terbenam, hari berganti malam sang Wujil Kinasih mengumpulkan kayu untuk perapian di bawah pertapaan Sang Dwijatama, di ujung, di tepi laut yang disebut Dukuh Bonang serta keadaan sunyi-senyap, gersang tak ada tumbuhan buah-buahan yang dapat dimakan, makanannya hanya berupa riak gelombang laut yang menerjang batu-batu karang yang berbentuk goa yang menakutkan.
Ingkang Minulya Panembahan Wahdat berkata, “Wahai Sang Wujil Kinasih, kemarilah segera,” kemudian dipegang kucirnya, seraya diusap-usap, diberi anugrah ajaran rahasia, “Wujil, dengarlah kata-kata rahasiaku ini. Kalaupun karena kata-kataku ini engkau masuk neraka, saya sendiri yang akan masuk kedalamnya, bukan engkau.” segeralah Wujil menyembah, lalu berkatalah ia kepada Sang Guru yang mulia, sembari menghaturkan rasa terima kasih, “Jangan paduka, lebih baik hamba Sang Wujil Kinasih yang masuk neraka, sendiri.” sebab semua sudah saling mengetahui maksudnya, guru dan muridnya tidak pernah berselisih paham, keduanya selalu seia-sekata. “peringatanku padamu, Wahai Sang Wujil Kinasih, berhati-hatilah dalam hidup di dunia, jangan lengah, sembrono dalam tindakan. Ketahuilah sungguh-sungguh bahwa engkau bukanlah kesejatian, kesejatian tersebut bukanlah engkau. Barang siapa mengenal diri, semata-mata dia mengenal Gusti Allah. Itulah jalan yang sebaik-baiknya. Perihal keunggulan diri manusia ketahuilah makna kesejatian salat, sembah dan pujiannya. Kesejatian salat, bukan isya, atau maghrib karena itu hanya dapat disebut sembahyang, kalau-pun disebut salat, itu karena bunganya salat diam dan merupakan tata krama.
Manakah yang disebut sembah yang sesungguhnya? Janganlah menyembah bila tidak tahu siapa yang disembah. Akibatnya akan direndahkan martabatmu.
Bila engkau tidak tahu akan yang disembah di dunia ini, maka engkau seperti menulup burung, peluru-nya disebarkan dan burungnya tidak kena, akhirnya menyembah adam sarpin sembahnya sia-sia.
Dan, manakah yang disebut pujian? Meskipun orang-orang memuja siang-malam, bila tidak disertai petunjuk, tidak akan sempurna tindakan tersebut. Bila engkau ingin tahu tentang pujaan, hendaklah engkau tahu akan keluar-masuk-nya, yang menunjukkan adanya ‘Yang’. masuk keluarnya nafas sebaiknya kau ketahui, juga perihal anasir halus yang empat jumlahnya.
1. Sifat unsur bumi dalah tua dan muda. Ketahuilah sifat tersebut “bilamana tua di manakah mudanya, bilamana muda di manakah tuanya.”
2. Sifat unsur api adalah kuat dan lemah. Ketahuilah sifat tersebut, “bilamana kuat di mana lemahnya, dan bilamana lemah di manakah kuatnya.”
3. Sifat unsur Angin adalah ada dan tiada. Ketahuilah sifat tersebut, “bilamana ada di mana tiadanya dan bilamana tiada di manakah adanya.”
4. Sifat unsur air adalah hidup-mati. Ketahuilah sifat tersebut, “bilamana hidup di mana matinya dan bilamana mati di mana arah hidupnya.
Akan tersesat bila kau tidak mengetahuinya. Ketahuilah pegangan hidup adalah mengetahui akan dirinya sendiri dan tidak putus-putus memuji. Di mana, letaknya yang berdoa dan yang di doa-kan, jangan sampai engkau tidak mengetahuinya. Adapun sebabnya orang yang agung mencari pribadinya sendiri ialah untuk mengetahui dengan tepat hidup mereka, sebenarnya di dunia ini.
Ketahuilah, hidup yang sejati. Tubuh ini seluruhnya sebagai sangkar, ada baiknya jika diketahui burungnya. Akan sengsara bila engkau tidak mengetahuinya, wahai Wujil, semua tindakanmu tidak mungkin akan berhasil. Bilamana engkau ingin mengetahuinya, perbaikilah dirimu, tinggallah di satu tempat yang sepi, jangan terpengaruh keramaian dunia.
Jangan jauh-jauh engkau mencari pujangga, karena pujangga tersebut telah ada dalam dirimu, bahkan seluruh dunia telah ada di sini. Sebagai penerangnya Kresna Jati dalam dirimu ini. Siang malam perhatikan penglihatanmu, apa-pun kenyataannya yang tampak di tubuh semuanya ini adalah dari sifat perbuatan.
Akan rusak sesungguhnya dirimu sebab terjadi karena kehendakmu. Maka yang tidak rusak kini harus kau ketahui. Hanya kesempurnaan pengetahuanlah yang tidak akan rusak, adanya. Itu merupakan petunjuk adanya. Siapa yang tahu hal itu, maka adanya itu menjadi pujian-nya, sebab jarang yang mengetahui ajaran ini, mendapat anugrah yang besarTerjemahan bebas Suluk Wujil - sunan Bonang

1. ratu wahdat

adalah sang Wujil kinasih namanya. Ia berkata pada Sang panembahan Ratu Wahdat. Ia bersujud pada debu kaki Sang Maha Dwija, yang tinggal di Bongang seraya memohon pengapura sebab ingin diberi penjelasan tentang seluk-beluk agama yang terpilih sampai ke rahasia yang sedalam-dalamnya.
Sepuluh tahun Wujil berguru kepada Sang Panembahan Agung, belum mendapat ajaran yang penting. Adapun asalnya Wujil berasal dari Majapahht sebagai abdi kesukaan Raja.
Tamatlah dipelajari seluruh tata bahasa. Kemudian Wujil berkata kepada Sang Panembahan Agung yang sangat dihormati dengan memohon pengampunan.
Sang Wujil Kinasih sungguh memohon belas kasih di hadapan kaki panembahan Ratu Wahdat dengan menyerahkan hidup-mati. Telah makin dikuasai akan semua pelajaran. Sastra Arab yang Tuan ajarkan, akhirnya pergi sekehendak hati, senantiasa mengikuti kehendak hati, setiap hari bermain topeng, sampai bosan hamba bertingkah laku sebagai Badut, dijadikan olok-olok. Duh ingkang Minulya Sang Panembahan Agung, penjelasan tentang ajaran rahasia mengenai huruf tunggal menurut paham pangiwa dan panengeng sebab masih dalam tatanan gending, masih dalam tatanan Syair.
Mengingat kedua hal tersebut, tidak membawa hasil hamba senantiasa mengembara meninggalkan cinta dari Majapahit, tidak mendapatkan obat.
Oleh karena itu, hamba pergi pada suatu malam untuk mencari rahasia tentang kesatuan, kesempurnaan dalam semua tingkah laku. Hamba datangi setiap orang suci, mencari inti sari panguripan, titik akhir dari kekuasaan yang sebenarnya, titik akhir dari utara dan selatan, terbenamnya matahari dan bulan, tertutupnya mata dan keadaan akhir kematian, titik akhir dari ada dan tiada. Ingkang Minulya Panembahan Wahdat tersenyum. “Wahai Sang Wujil Kinasih, betapa engkau gegabah berkata yang bukan-bukan, terlalu berani, hatimu ingin menagih oleh karena besarnya jasamu yang telah diberikan.Tidak layak aku disebut orang suci di dunia, bilamana menjual-belikan ajaran kitab, lebih baik aku jangan dipanggil ahli wahdat.
Barang siapa menjual belikan ilmu, bersikap sombong, seolah-olah tahu segala sesuatu, orang tersebut dapat diibaratkan seperti burung bangau yang sedang bertapa di atas air, diam tidak bergerak, pandangannya tajam, berpura-pura alim melihat mangsanya, seperti telur yang tampak putih di luarnya, di dalam bercampur merah.
Matahari terbenam, hari berganti malam sang Wujil Kinasih mengumpulkan kayu untuk perapian di bawah pertapaan Sang Dwijatama, di ujung, di tepi laut yang disebut Dukuh Bonang serta keadaan sunyi-senyap, gersang tak ada tumbuhan buah-buahan yang dapat dimakan, makanannya hanya berupa riak gelombang laut yang menerjang batu-batu karang yang berbentuk goa yang menakutkan.
Ingkang Minulya Panembahan Wahdat berkata, “Wahai Sang Wujil Kinasih, kemarilah segera,” kemudian dipegang kucirnya, seraya diusap-usap, diberi anugrah ajaran rahasia, “Wujil, dengarlah kata-kata rahasiaku ini. Kalaupun karena kata-kataku ini engkau masuk neraka, saya sendiri yang akan masuk kedalamnya, bukan engkau.” segeralah Wujil menyembah, lalu berkatalah ia kepada Sang Guru yang mulia, sembari menghaturkan rasa terima kasih, “Jangan paduka, lebih baik hamba Sang Wujil Kinasih yang masuk neraka, sendiri.” sebab semua sudah saling mengetahui maksudnya, guru dan muridnya tidak pernah berselisih paham, keduanya selalu seia-sekata. “peringatanku padamu, Wahai Sang Wujil Kinasih, berhati-hatilah dalam hidup di dunia, jangan lengah, sembrono dalam tindakan. Ketahuilah sungguh-sungguh bahwa engkau bukanlah kesejatian, kesejatian tersebut bukanlah engkau. Barang siapa mengenal diri, semata-mata dia mengenal Gusti Allah. Itulah jalan yang sebaik-baiknya. Perihal keunggulan diri manusia ketahuilah makna kesejatian salat, sembah dan pujiannya. Kesejatian salat, bukan isya, atau maghrib karena itu hanya dapat disebut sembahyang, kalau-pun disebut salat, itu karena bunganya salat diam dan merupakan tata krama.
Manakah yang disebut sembah yang sesungguhnya? Janganlah menyembah bila tidak tahu siapa yang disembah. Akibatnya akan direndahkan martabatmu.
Bila engkau tidak tahu akan yang disembah di dunia ini, maka engkau seperti menulup burung, peluru-nya disebarkan dan burungnya tidak kena, akhirnya menyembah adam sarpin sembahnya sia-sia.
Dan, manakah yang disebut pujian? Meskipun orang-orang memuja siang-malam, bila tidak disertai petunjuk, tidak akan sempurna tindakan tersebut. Bila engkau ingin tahu tentang pujaan, hendaklah engkau tahu akan keluar-masuk-nya, yang menunjukkan adanya ‘Yang’. masuk keluarnya nafas sebaiknya kau ketahui, juga perihal anasir halus yang empat jumlahnya.
1. Sifat unsur bumi dalah tua dan muda. Ketahuilah sifat tersebut “bilamana tua di manakah mudanya, bilamana muda di manakah tuanya.”
2. Sifat unsur api adalah kuat dan lemah. Ketahuilah sifat tersebut, “bilamana kuat di mana lemahnya, dan bilamana lemah di manakah kuatnya.”
3. Sifat unsur Angin adalah ada dan tiada. Ketahuilah sifat tersebut, “bilamana ada di mana tiadanya dan bilamana tiada di manakah adanya.”
4. Sifat unsur air adalah hidup-mati. Ketahuilah sifat tersebut, “bilamana hidup di mana matinya dan bilamana mati di mana arah hidupnya.
Akan tersesat bila kau tidak mengetahuinya. Ketahuilah pegangan hidup adalah mengetahui akan dirinya sendiri dan tidak putus-putus memuji. Di mana, letaknya yang berdoa dan yang di doa-kan, jangan sampai engkau tidak mengetahuinya. Adapun sebabnya orang yang agung mencari pribadinya sendiri ialah untuk mengetahui dengan tepat hidup mereka, sebenarnya di dunia ini.
Ketahuilah, hidup yang sejati. Tubuh ini seluruhnya sebagai sangkar, ada baiknya jika diketahui burungnya. Akan sengsara bila engkau tidak mengetahuinya, wahai Wujil, semua tindakanmu tidak mungkin akan berhasil. Bilamana engkau ingin mengetahuinya, perbaikilah dirimu, tinggallah di satu tempat yang sepi, jangan terpengaruh keramaian dunia.
Jangan jauh-jauh engkau mencari pujangga, karena pujangga tersebut telah ada dalam dirimu, bahkan seluruh dunia telah ada di sini. Sebagai penerangnya Kresna Jati dalam dirimu ini. Siang malam perhatikan penglihatanmu, apa-pun kenyataannya yang tampak di tubuh semuanya ini adalah dari sifat perbuatan.
Akan rusak sesungguhnya dirimu sebab terjadi karena kehendakmu. Maka yang tidak rusak kini harus kau ketahui. Hanya kesempurnaan pengetahuanlah yang tidak akan rusak, adanya. Itu merupakan petunjuk adanya. Siapa yang tahu hal itu, maka adanya itu menjadi pujian-nya, sebab jarang yang mengetahui ajaran ini, mendapat anugrah yang besar..

Aradea Rofix